Bagaimana Bedakan Sakit Kepala Biasa dan Sakit Kepala Covid-19?

NASIONALDibaca 779 Kali
Republika/Prayogi
Sakit Kepala (ilustrasi). Sakit kepala merupakan salah satu gejala yang paling awal muncul pada kasus Covid-19.

JAKARTA (MS) — Batuk, demam, dan anosmia atau kehilangan penciuman merupakan gejala yang umum ditemukan pada kasus Covid-19. Akan tetapi, ternyata ada gejala lain yang jarang disadari namun lebih sering terjadi dibandingkan ketiga gejala tersebut.

Gejala Covid-19 yang lebih sering terjadi dibandingkan batuk, demam, atau anosmia adalah sakit kepala. Faktanya, sakit kepala merupakan salah satu gejala yang paling awal muncul pada kasus Covid-19.

Hal ini diungkapkan dalam The ZOE COVID Study yang dipimpin oleh profesor di bidang epidemiologi genetik Tim Spector. Meski sakit kepala merupakan gejala yang banyak ditemukan dalam kasus Covid-19, tidak semua kasus sakit kepala berhubungan dengan Covid-19.

Terkait hal ini, peneliti menemukan adanya perbedaan yang cukup signifikan antara sakit kepala akibat Covid-19 dengan sakit kepala bukan karena Covid-19. Menurut tim peneliti, sakit kepala yang terjadi akibat Covid-19 cenderung bersifat sedang hingga berat.

Di samping itu, sakit kepala yang muncul akan terasa berdenyut, menekan, atau menusuk. Seperti dilansir EatThis, sakit kepala akibat Covid-19 cenderung terjadi di kedua sisi kepala atau bilateral dibandingkan hanya satu area saja.

Umumnya, sakit kepala pada kasus Covid-19 berlangsung lebih dari tiga kali. Selain itu, sakit kepala cenderung tidak hilang hanya dengan obat antinyeri biasa.

“Kami tidak tahu mengapa Covid-19 menyebabkan sakit kepala,” jelas Spector.

Akan tetapi, Spector dan tim memiliki beberapa hipotesis. Salah satunya, virus mungkin secara langsung mempengaruhi otak sehingga memunculkan gejala sakit kepala.

“Atau itu bisa berkaitan dengan kondisi sakit, seperti dehidrasi atau kelaparan karena tidak makan dan minum secara normal (ketika seseorang sakit),” ungkap Spector.

Selain sakit kepala, Spector dan tim juga menemukan enam gejala Covid-19 lain yang saat ini tampak lebih sering muncul. Dua di antaranya adalah hidung berair dan bersin. Menurut studi, hampir 60 persen pasien Covid-19 yang mengalami kehilangan penciuman juga mengalami hidung berair. Sedangkan bersin akibat Covid-19 biasanya terjadi lebih sering dibandingkan biasanya.

“Ini bukan gejala pasti karena bersin sangat umum,” lanjut Spector.

Gejala Covid-19 lain yang sering muncul saat ini adalah sakit tenggorokan. Seperti halnya sakit kepala, sakit tenggorokan juga dikenal sebagai salah satu gejala awal Covid-19. Umumnya gejala ini dialami oleh anak dan orang dewasa yang mengalami Covid-19.

Sakit tenggorokan terkait Covid-19 secara umum sama seperti sakit tenggorokan biasa. Yang membedakan, sakit tenggorokan terkait Covid-19 cenderung relatif ringan dan berlangsung tidak lebih dari lima hari.

“Sakit tenggorokan yang sangat hebat dan berlangsung lebih dari lima hari kemungkinan disebabkan oleh hal lain seperti infeksi bakteri,” ujar Spector.

Dua gejala lain yang juga sering ditemukan saat ini adalah batuk persisten dan demam. Keduanya cukup dikenal sebagai gejala klasik Covid-19, meski hanya sekitar empat dari 10 pasien yang mengalami batuk persisten.

Gejala ketujuh yang sering ditemukan saat ini adalah kehilangan indra penciuman dan perasa. Ada banyak pasien Covid-19 yang mengalami kehilangan indra penciuman dan/atau perasa. Gejala ini biasanya berlangsung sementara, akan tetapi ada yang mengalaminya dalam jangka panjang sebagai gejala long Covid.(REPUBLIKA.CO.ID).

Print Friendly, PDF & Email

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

News Feed