Bolehkah Orang Dengan Riwayat Alergi Di Vaksin COVID-19 ?

Kesehatan, NASIONALDibaca 703 Kali

JAKARTA (MS) ‐ Vaksin COVID-19 kini tengah menjadi perbincangan hangat. Beberapa orang mengkhawatirkan reaksi alergi berat yang dikeluarkan tubuh setelah mendapatkan vaksin.

Teranyar, beberapa tenaga medis di Inggris dan Amerika Serikat (AS) mengalami reaksi alergi setelah mendapatkan vaksin COVID-19 Pfizer/BioNTech. Badan Pengatur Produk Kesehatan dan Obat-obatan Inggris (MHRA) bahkan telah mengeluarkan rekomendasi agar vaksin tersebut tidak diberikan pada orang dengan riwayat reaksi alergi serius.

Vaksin bekerja dengan melatih sistem kekebalan tubuh untuk membentuk antibodi yang mampu melawan infeksi.

Lantas, bolehkah orang yang memiliki riwayat alergi mendapatkan vaksin COVID-19?

Ketua Pengurus Pusat Perhimpunan Alergi Imunologi Indonesia (PP Peralmuni), Profesor Iris Rengganis menjelaskan, orang yang memiliki alergi tertentu boleh mendapatkan vaksin.

“Orang yang alergi obat atau makanan, belum tentu alergi vaksin. Jadi, tidak apa-apa,” kata Iris kepada CNNIndonesia.com, Kamis (17/12).

PP Peralmuni sendiri telah menyiapkan rekomendasi pemberian vaksin COVID-19 pada orang yang memiliki alergi dengan sejumlah catatan.

1. Alergi obat
Orang dengan alergi obat seperti antibiotik dan analgesik tidak menjadi kontraindikasi dalam vaksinasi. Jika tidak terdapat bukti alergi berat akibat vaksin COVID-19 sebelumnya, maka orang dengan alergi obat layak diberikan vaksin COVID-19.

2. Alergi makanan
Alergi makanan tidak menjadi kontraindikasi dilakukan vaksinasi Covid-19.

3. Rinitis alergi
Rinitis tidak menjadi kontraindikasi dilakukan vaksinasi COVID-19.

4. Alergi pernapasan seperti asma
Vaksinasi COVID-19 dapat diberikan pada orang yang memiliki asma bronkial yang terkontrol. Jika pasien dalam keadaan asma akut, maka disarankan menunda vaksinasi asma sampai terkontrol dengan baik.

5. Reaksi anafilaksis
Anafilaksis adalah suatu reaksi alergi parah dan berpotensi mengancam nyawa. Jika tidak terdapat bukti reaksi anafilaksis terhadap vaksin COVID-19 sebelumnya, maka orang yang pernah mengalami reaksi anafilaksis dapat divaksinasi COVID-19.

Vaksinasi harus dilakukan dengan pengamatan ketat dan persiapan penanggulangan reaksi alergi berat. Sebaiknya vaksinasi dilakukan di layanan kesehatan yang mempunyai fasilitas lengkap.

Iris mengatakan, setiap petugas kesehatan yang memberikan vaksin harus dibekali dengan anafilaksis kit yang berisi hormon adrenalin, kortikosteroid, dan antihistamin. Obat-obatan ini menjadi penanganan pertama jika terdapat orang yang memiliki reaksi alergi terhadap vaksin COVID-19.

“Alergi itu sesuatu yang tidak bisa diprediksi, jadi harus siap anafilaksis kit. Yang jelas, vaksinnya harus sudah terbukti aman dan efektif dulu,” tutur Iris.

Jarang Terjadi
Ketua Komnas Kejadian Ikutan Pasca Imunisasi (KIPI), Profesor Hindra Irawan Satari mengatakan, alergi bersifat sangat individual. Ada berbagai jenis alergi dan reaksinya pada setiap orang. Hal yang sama juga berlaku pada reaksi tubuh setiap orang terhadap pemberian vaksin.

Namun, Hindra menegaskan, reaksi pasca-vaksin yang bersifat berat jarang sekali terjadi. Pasalnya, reaksi pasca-vaksin umumnya terlihat sejak fase percobaan pada hewan. “Kalau ada efek vaksin yang berat, ini sudah akan terlihat pada hewan,” katanya.

Kemudian pengujian dilanjutkan pada fase 1 terhadap puluhan orang, fase dua terhadap ratusan orang, dan fase 3 terhadap ribuan hingga puluhan ribu orang.

“Respons berat kadang terlihat kalau sudah vaksinasi ke jutaan orang. Kasus seperti ini pun jarang, mungkin cuma satu per sekian juta orang,” jelasnya. (CNN Indonesia).

Print Friendly, PDF & Email

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

News Feed