“Saya sebagai wakil emak-emak ya, karena kami punya ini Srikandi Japri namanya dan kita buka posko di Monas waktu 212. Membaca, saya laporkan si Guntur Romli ya membaca status dia yang begitu, menurut saya jelas-jelas menuduh ya, langsung menusuk peserta 212 bahwa dengar-dengar ada aliran baru kayak gitu, ya terus Monaslimin. Itu pokoknya kalimat-kalimat dia dari atas sampe ke bawah tuh ada nabinya ada agamanya, ada Tuhannya ya sampe 11 juta dibilang kesurupan,” kata Wakil Ketua Umum Srikandi Japri, Etty Hadiwati (Pipiet Senja) di Bareskrim Mabes Polri, Gambir, Jakarta Pusat, Senin (17/12/2018).
Pipiet mempolisikan Guntur didampingi oleh Sekjen Korlabi, Novel Bamukmin. Guntur dilaporkan karena dinilai sudah menyebarkan kebencian.
“Saya merasa tersinggung sebagai peserta 212. Status dia itu langsung menggejolak dalam dada saya. Saya bilang ini kurang ajar, menyebarkan kebencian,” tuturnya.
Laporan tersebut tercatat dengan nomor LP/1634/XII/2018/BARESKRIM. Guntur Romli dilaporkan atas dugaan tindak pidana penghinaan, ujaran kebencian, hatespeech (melalui media elektronik) UU nomor 19 tahun 2016 tentang Perubahan atas UU nomor 11 tahun 2008 tentang informasi dan transaksi elektronik pasal 28 ayat (2) Jo pasal 156 a KUHP.
Pipiet mempolisikan Guntur sambil membawa barang bukti yang diprint di selembar kertas. Barang bukti yang dia bawa menunjukkan status Facebook Guntur yang diunggah pada 7 Desember 2018.
“Harapannya saya janganlah dibiarkan terus seperti ini. Kalau ini terus dibiarkan seperti ini ya Allah gimana ini umat Islam terbanyak di Indonesia masak yang gini-gini aja terus aja bikin runyam, makin diinjak-injak. Itu sih yang mengkhawatirkan saya. Bukan cuma sekadar saya, generasi muda kan itu kan gimana. Saya kurang tahu dia agamanya apa, meskipun dia namanya Muhammad,” terang Pipiet.
Guntur Romli sebelumnya sudah mengatakan status yang dibuatnya itu hanya atas dasar desas-desus. Status itu tidak ditujukan kepada pihak tertentu.
Menurutnya, umat Islam tak akan tersinggung atas status yang dibuatnya. Sebab, umat Islam bukan jemaah monaslimin.
“Itu kan saya tulis di status saya, ‘jemaah monaslimin’. Desas-desus. Karena saya cuma menganggap itu dengar-dengar, ya kan belum tentu bener. Saya nggak tahu ya, apakah ada orang yang merasa atau tidak. Lalu ada orang yang melaporkan,” kata Guntur Romli, Kamis (13/12).
“Apakah mereka itu merasa sebagai jemaah monaslimin, yang ibadahnya satu kali dalam setahun, kemudian yang tuhannya subenahu watuulo? Terus nabinya itu hulaihi? Apakah mereka merasa sebagai jemaah monaslimin?” sambungnya. (dct)