INALUM Akan Bangun Pabrik CPT di Kuala Tanjung

Batubara, RAGAM, Tekno323 views

JAKARTA (mimbarsumut.com) –
PT Indonesia Asahan Aluminium (Inalum) bersiap membangun fasilitas Coal Tar Pitch (CTP) di Kualatanjung Sumatera Utara,guna mengurangi ketergantungan terhadap pasokan impor dari China dan India. Langkah ini sekaligus menjadi bagian dari strategi perusahaan untuk menekan emosi karbon dan memperkuat kemandirian industri aluminium nasional

Direktur Operasional Inalum, Ivan Ermisyam, menjelaskan bahwa CTP merupakan salah satu bahan baku utama dalam proses peleburan aluminium yang selama ini seluruhnya masih diimpor
” Ke depan kita punya rencana membangun proyek CTP di dekat pabrik. Selama ini CTP kita impor dari China dan India. Dengan membangun sendiri kita tidak hanya mandiri secara pasukan, tetapi juga bisa mengurangi emosi karbon,”ujarnya kepada warga ekonomi dikutip Minggu (10/8).
CPT produksi dari hasil sampingan produksi kokas akan digunakan dalam proses elektrolisis pada tungku reduksi abrik aluminium. Produksi lokal CTP di Kualatanjung akan memberi efisiensi signifikan ada rantai pasokan, menekan biaya logistik, serta mengurangi jejak karbon dari transportasi bahan baku lintas negara

Inalum engalokasikan belanja modal (capital expenditure/Capex) 2025 sekitar US$ 83 juta atau setara Rp 1,3 triliun. Dari jumlah itu, US$ 39 juta dialokasikan untuk pengembangan empat anak perusahaan, yakni PT Borneo Alumina Indonesia (BAU) yang mengelola Smelter Grade Alumina Refinery (SGAR) di Pontianak, PT Indonesia Aluminiun Alloy (IAA) di Kuala Tanjung yang mengelola uminium sekunder. PT Indonesia Batery Corporation (IBC) di sektor kenderaan listrik, serta PT Sunergi Mitra Lestari Indonesia (SMLI) yang menangani pengolahan limbah dan logistik.
Investasi di SGRA menjadi prioritas karena pabrik tersebut sedang dalam tahap comissioning dan mulai mengirimkan alumina ke Inalum. Tahun ini SGRA telah mengirimkan dua kali, masing-masing 21 ribu ton dan 14 ribu ton.
44 Juta Dolar untuk Peremajaan dan De karbonisasi.
Sisa 44 juta dolar Capex digunakan untuk peremajaan peralatan pabrik, peningkatan produktivitas, dan pengurangan emosi. Beberapa langkah yang ditempuh meliputi :
Penggantian sistim kontrol proses untuk meningkatkan efisiensi dan menurunkan emosi dan menurunkan gas rumah kaca.
Perubahan sistem distribusi alumina dari oen system menjadi closed system untuk mengurangi abu beterbangan.
Penggantian kenderaan operasional tua dengan armada yang lebih hemat bahan bakar.
“jadi memang di Capex yang di tahun itu sebagian yang 44 juta tadi kita gunakan untuk proses kita.
Untuk meremajakan sekaligus untuk bisa memastikan emosi kita menjadi lebih rendah,” tutup Ivan. (wartaekonomi.co.id)

Print Friendly, PDF & Email

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

News Feed