SERGAI (MS) – Sungguh menyedihkan nasib yang dialami siswa Al-Jamiyatul Wasliyah Desa Pematang Guntung, Kec. Teluk Mengkudu, Kab. Serdang Bedagai (Sergai).
Pasalnya, sudah bertahun – tahun siswa di sekolah yang mengajarkan pendidikan agama tersebut tidak mendapatkan bantuan untuk menambah ruang kelas baru.
Namun, kondisi itu tidak menyurutkan bagi orangtua untuk menyekolahkan anaknya.
Dalam mengatasi kekeruangan ruangan tersebut Kepala Sekolah Aliyah (SMA), Tsanawiyah (SMP) dan Ibtidaiyah (SD) terpaksa menerapkan sistem proses belajar dengan aplusan (bergantian).
Kegiatan belajar mengajar secara aplusan ini diperkirakan sudah sejak tahun 2006. Walaupun demikian, Pemerintah Pusat maupun daerah tidak ada yang peduli dengan kondisi yang dialami oleh siswa tersebut.
Diera digital yang serba canggih ini, masih ada lagi sekolah yang menerapkan proses belajar mengajar dengan cara aplusan. Aplusan diterapkan karena kekurangan ruangan.
Kepala Sekolah Tsanawiyah Musliadi SPdI, saat di konfirmasi Mimbar Sumut.com di ruang kerjanya, Jumat (4/10) mengatakan sudah berulangkali disampaikan usulan dengan membuat proposal, namun tidak ada yang direalisasikan.
Oleh karena tidak ingin mengecewakan para orangtua, siswa yang lebih kurang 760 orang, (SMA, SMP dan SD), pihak sekolah menerapkan sistem aplusan belajar mengajarnya, ada siang dan pagi.
Banyak sebenarnya meubiler (kursi, meja, rak buku) yang sudah tidak kayak lagi dipergunakan, namun untuk membeli baru tidak mampu maka meubiler yang tidak layak itu terpaksa dipergunakan juga.
Untuk mengatasi kekurangan ruangan maupun meubiler, pihak sekolah meminta bantuan para orangtua siswa menyisihkan sebahagian rezekinya untuk memenuhi kekurangan tersebut.
Alhamdulillah, sekolah ini tetap eksis hingga sekarang berkat dukungan masyarakat dan orangtua siswa.
Sistem membangun dengan cara swadaya terus dibudayakan dalam memenuhi kebutuhan sekolah ini dan kami berharap pemerintah tidak hanya memperhatikan sekolah yang berada di kota, tapi lihatlah sekolah yang ada dipelosok desa, ungkap Musliadi.
Kepala Sekolah Aliyah Yusniar SPd, juga mengatakan pingin juga tahu gimana bentuk dana bantuan dari pemerintah pusat dan daerah.
Sejauhmana sesungguhnya perhatian pemerintah terhadap rakyatnya yang membutuhkan pendidikan di pelosok desa. Mewujudkan masyarakat cerdas itu tidak hanya dari kota, tapi banyak juga yang lahir dari pelosok desa.
Perhatikanlah sekolah yang berada di pelosok desa.Jangan dikarenakan sekolah swasta lantas luput dari perhatian pemerintah. Toh sekolah swasta juga menyelenggarakan proses belajar mengajar dan ingin mencerdaskan generasi muda, katanya.
Sementara, Kepala Sekolah Ibtidaiyah Sarifah Khairani SPdI, juga mengatakan dan berharap, ruangan proses belajar itu sudah cocok ukurannya untuk dilaksanakan proses belajar mengajar.
Nah, ruangan yang kecil itu terpaksa dilakukan penyekatan secara permanen disebabkan ruangan kurang. Kondisi ini sudah lama dialami, tapi hingga kini belum ada perhatian dari pemerintah.
Sedih memang. Ya, semoga dengan datangnya wartawan ini dapat menyentuh hati pemimpin-pemimpin di pemerintah pusat dan daerah ini. Semoga juga mereka turun kebawah melihat nasib siswa yang sekolah dipelosok desa ini.harapannya dengan nada sedih.
Laporan : tris