TEBINGTINGGI (mimbarsumut.com) – Terkait kericuhan di gudang logistik KPU di Jalan Imambonjol, Sekretaris KPU Kota Tebingtinggi angkat bicara Naharuddin, S.Sos., MM dan mengatakan kericuhan tersebut karena miss komunikasi antara vendor dengan para pekerja sortir dan pelipat kertas suara.
“Masalah tersebut telah diaelesaikan dan pekerja sortir serta pelipat kertas suara telah menyepakati upah,” ujar Naharuddin yang dikonfirmasi mimbarsumut.com melalui telepon selularnya, Senin (15/01/2024).
Disampaikannya, bahwa yang menjadi alasan kericuhan di gudang logistik KPU karena terkait upah jasa pelipatan kertas suara. Dapat kita ketahui bahwa dalam transparansi anggaran KPU menggunakan E-Katalog sebagai rujukan dalam perbelanjaan kebutuhan kepemiluan.
“Tentu ya sebagai transparansi anggaran juga merujuk kepada Surat Edaran KPU bagaimana persoalan perbelanjaan harus melibatkan pihak ketiga, dalam hal ini tercantum dalam E-Katalog sehingga kita bisa melihat dan membandingkan satu dengan yang lainnya,” ungkap Sekretaris KPU Kota Tebingtinggi.
Partisipan pelipat suara diketahui sebanyak 130 orang dengan melalui perekrutan oleh pihak ketiga yang terpilih dalam E-Katalog yakni CV. Trans Informasi Teknis.
“Masyarakat sempat keliru dengan perbandingan jumlah upah pada Pemilu 2019 sebesar Rp 300/satu kertas. Hal tersebut terindikasi karena miss komunikasi antara vendor dengan partisipan ketika pengumpulan awal tidak tersampaikan jumlah upah sesuai dengan E-Katalog terbaru,” jelas Naharuddin.
Akan tetapi lanjutnya, masalah tersebut telah terselesaikan secara musyawarah oleh vendor dengan partisipan.
Sebagaimana diberitakan, akibat upah yang diterima petugas sortir dan pelipat kertas suara, tidak sesuai dengan upah pelipatan kertas suara pada Pemilu 2019 Rp300 / lembar, mereka ribut dan sempat terjadi kegaduhan sehingga mengundang perhatian masyarakat.
Laporan : Jihan
