TEBINGTINGGI (mimbarsumut.com) – SMART CITY atau sebut saja Kota Pintar, menjadi program Kementerian Kominfo melalui Direktorat Layanan Aplikasi Informatika Perintahan (LAIP) bersama dengan Kementerian Dalam Negeri, Kementerian PPN/Bappenas, Kementerian PUPR, Kantor Staf Presiden, Kementerian Keuangan, Kemenko Perekonomian, dan Kementerian PANRB.
Pemerintah saat ini gencar melakukan sosialisasi dan Bimtek disetiap kabupaten / kota yang menjadi rule smart city. Ada 100 kabupaten / kota menuju gerakan smart city (digital nation) oleh pemerintah. Namun, saat ini baru 50 kabupaten / kota se – Indonesia yang diikutkan dalam penyusunan Masterplan Smart City Tahun 2022 oleh Kementerian Kominfo. Untuk Sumatera Utara, ada tiga daerah terlibat dalam penyusunan Masterplan Smart City yakni, Kota Tebingtinggi, Tanjungbalai dan Tapteng.
Untuk Kota Tebingtinggi sendiri, masalah smart city sudah diperkenalkan sejak 2019 oleh Wali Kota H Umar Zunaidi Hasibuan MM melalui Dinas Kominfo Kota Tebingtinggi. Umar mengatakan, smart city merupakan upaya – upaya inovatif yang dilakukan ekosistem kota dalam mengatasi berbagai persoalan dan meningkatkan kualitas hidup manusia dan komunitas setempat.
Mantan Wali Kota Tebingtinggi H Umar Zunaidi Hasibuan menyampaikan bahwa dalam membangun kota pintar ada enam pilar yang menjadi acuan dan perhatian yaitu, smart governance, smart society, smart living, smart economy, smart environment, dan smart branding.
Adapun pembangunan kota pintar pada kawasan wisata prioritas sesuai enam pilar tersebut yakni, smart environtment menyiapkan kawasan wisata prioritas menjadi kawasan yang bersih, bebas sampah, dan tertib, tanpa meninggalkan unsur tradisionalnya.
Smart economy : memastikan implementasi TIK dalam proses transaksi (cashless) berlangsung di kawasan wisata prioritas dan pemerintah daerah sekitarnya
Smart branding : membantu pemerintah daerah pada kawasan wisata prioritas dalam meningkatkan kunjungan wisata
Smart government : memastikan pemerintah daerah pada kawasan wisata prioritas menerapkan Sistem Pemerintahan Berbasis Elektronik (SPBE) secara berkualitas dalam upaya pelayanan publik yang baik
Smart society : memastikan masyarakat tujuan wisata prioritas dan kawasan sekitarnya memiliki kapasitas unggul dan mampu menjadi tuan rumah yang baik.
Smart living : mendorong situasi kawasan wisata prioritas yang kondusif dan nyaman bagi masyarakat dan wisatawan, melalui penyediaan transportasi, logistik yang tentram, aman, dan ramah.
Guna mewujudkan smart city, sangat diperlukan adanya hubungan sinergitas (triple helix) antara pemerintah, dunia usaha, dan akademisi (generasi milinial) secara bersama – sama harus membangun sebuah konsep dan memadukan proses bersama dala pemenuhan smart city.
Peran pemerintah memberikan kepastian hukum, tidak memberikan pajak yang memberatkan, dan mendorong terwujudnya masyarakat menggunakan cashles
Dari sisi akademisi dapat menghasilkan penelitian – penelitian yang bermanfaat, mendorong peningkatan kapasitas masyarakat melalui e-literasi. Sedangkan dari sisi dunia usaha dapat mendorong kolaborasi antar dunia usaha dengan masyarakat dan mendorong kerja sama dan pemberdayaan UMKM.
Dengan demikian akan muncul berbagai peran dan aktivitas yang menghasilkan sebuah atmosfer smart economy, smart city bagi suatu daerah yang sangat luar biasa.
Sedangkan soal teknologi apa yang ingin dipakai, pemerintah daerah harus punya keberanian mendorong dunia usaha dan masyarakat untuk menggunakan teknologi-teknologi seperti QR code, e-banking, dan e-wallet.
Peran kepala daerah menjadi vital dalam membangun atmosfer yang baik bagi tumbuhnya smart city di daerahnya. Semua kembali kepada pimpinan di daerah, dimana amanat rakyat ditumpukan kepada mereka untuk meningkatkan kesejahteraan dan kemudahan mengatasi masalah yang ada.
Dalam implementasi kota pintar tentu ada tantangan dan peluang yang harus dihadapi sebab smart city bukan hanya mengenai teknologi tetapi upaya – upaya inovatif dalam merubah ekosistem kota.
Ketika pemerintah daerah berani merubah suatu peraturan yang bisa mempermudah suatu proses, bisa dibilang itu merupakan cara inovatif dan sudah menjadi bagian dari smart city. Teknologi berperan sebagai enabler yang membuat segala sesuatunya lebih mudah digunakan dan dimanfaatkan.
Salah satu tantangan pemerintah daerah dalam melaksanakan dan mewujudkan smart city yakni, terjebak rutinitas (No APBD, No Smart City), ada anggapan smart city sama dengan proyek TIK, bukan sebagai perubahan budaya kerja, kapasitas SDM teknis rendah, belum meratanya infrastruktur TIK dan kurangnya komitmen pemimpin daerah.
Namun, dibalik segala tantangan yang ada dalam implementasi kota pintar, ada secercah peluang yang juga dapat menumbuhkan rasa optimisme terkait kota pintar ini. Dalam hal infrastruktur TIK, Menkominfo telah berkomitmen pada tahun 2022 seluruh wilayah Indonesia sudah terlayani jaringan 4G.
Dalam hal regulasi pemerintah pusat juga telah banyak memberikan ruang, ada Peraturan Menteri Kominfo No. 8/2019 yang memberikan kesempatan daerah untuk bisa berinovasi dengan leluasa. Pemerintah juga mengeluarkan Perpres Sistem Pemerintahan Berbasis Elektronik dan Perpres Satu Data Indonesia.
Selain itu semakin meningkatnya pengguna internet, semakin tumbuhnya e-commerce, dan munculnya talenta-talenta kreatif di Indonesia menjadi peluang bagi pembangunan kota pintar.
Pemerintah daerah harus memastikan bahwa dewan smart city memiliiki wawasan dan niat baik untuk membangun kota melalui upaya-upaya inovatif;menggalang kerja sama dengan semua pihak, termasuk pihak-pihak di luar ekosistem internal kota dan keberanian daerah untuk mengembangkan kebijakan pro inovatif dan kolaboratif.
Persiapan Masterplan Smart City, Pemko Tebingtinggi.
Kota Tebingtinggi merupakan kota yang terpilih 1 dari 50 kota tahun 2022, yang akan didampingi dalam penyusunan Masterplan Smart City Tahun 2022 oleh Kementerian Kominfo. Keterpilihan Kota Tebingtinggi ini tentu menjadi nilai plus. Jika diurutkan sebenarnya Kota Tebingtinggi ini, 1 dari 191 kota /kabupaten se-Indonesia yang sudah terpilih.
Terkait persiapan Masterplan Smart City ini rencananya akan dilakukan melalui bimtek yang direncanakan terdiri atas 4 tahap. Kota Tebingtinggi akan melaksanakan jadwal bimtek tahap I.
Pemerintah Kota Tebingtinggi melalui Dinas Komunikasi dan Informatika telah melakukan persiapan terkait SK Dewan Smart City kemudian SK Tim Pelaksana Smart City sudah selesai dan sudah dikirimkan ke Kementerian dan Tim Ahli Kementerian Kominfo termasuk dokumen pendukung yang diminta.
“Pembagian SK Tim Pelaksana sudah selesai dan saat ini sambil berjalan melengkapi dokumen terkait Infrastruktur, Suprastruktur dan Inovasi Daerah ,” kata Kasi Pengembangan Aplikasi Informatika Dedi Saputra, S.Kom.
“Ada juga undangan khusus kepada Ir. H. Umar Zunaidi Hasibuan, M.M., sebagai pengarah di Dewan Smart City, ” kata Dedi Saputra, S.Kom.
Kota cerdas sendiri merupakan sebuah kota dimana pengintegrasian antara teknologi informasi dengan berbagai aktivitas masyarkat, yang mana kolaborasi dan penggunaan teknologi internet mampu menciptakan iklim kompetitif dan kecepatan bagi kota dan masyarakat.
Ini seharusnya menjadi catatan penting bagi pemerintah daerah baik provinsi, kabupaten dan kota dan pemudanya. Ada enam pilar yang menggambarkan apakah sebuah kota dikatakan sebagai kota cerdas yakni lingkungan, mobilitas, pemerintahan, ekonomi, masyarakat, dan kualitas hidup.
Bobot terbesar dari enam elemen kota cerdas ada pada masyarakat, terutama dalam hal pendidikan, kreativitas, dan inklusivitas.
Sudah banyak contoh dan praktik sukses dimana kota cerdas tidak hanya digerakkan secara individualistik, melainkan secara kolektif dengan cara berkolaborasi antara pemerintah dan anak mudanya.
Bisakah kita memulainya ? atau kita masih dalam tataran membayangkan ?. Generasi muda sekalianlah yang mampu membuktikan ini.
Bagi anak milenial yang saat ini sedang duduk di bangku perguruan tinggi dan menjadi salah seorang yang akan diperhitungkan terlibat dalam kota pintar.
Jika kreativitas adalah kemutlakan yang harus dimiliki oleh sebuah kota cerdas. Ini tentunya bukan masalah bagi milenial. Berdasarkan hasil penelitian Alvara Research Center yang dikutip dalam buku Millenial Nusantara, pahami karakternya, rebut simpatinya dijelaskan bahwa ada tiga karakter yang dimiliki oleh generasi milenial.
Konektivitas (connected) merupakan karakter pertama yang menggambarkan bahwa milenial adalah kelompok generasi yang mengupayakan dirinya terhubung, dalam arti bersosialisasi dengan teman atau orang lain, baik di dunia nyata maupun digital. Hal ini tentunya dibuktikan dengan massifnya penggunaan teknologi informasi baik internet dan gawai oleh millenials.
Karakter kedua adalah kreativitas, pemuda milenial digambarkan sebagai seorang yang kaya ide, mampu berpikir out of the box, dan multitasking dalam komunikasi. Karakter yang terakhir adalah confidence, yang menjelaskan bahwa milenial adalah sosok yang percaya diri dalam mengemukan pendapat.
Jika kita memahami ketiga karakter ini, bukanlah mustahil sebuah kota mampu tumbuh dan maju dikarenakan besarnya daya dorong dan partisipasi pemudanya. Terkhusus pemuda Kota Tebingtinggi.
Menteri Kementerian Kominfo, Johnny G. Plate pun mengapresiasi atas penyelenggaraan gerakan kota pintar Kota Tebingtinggi. “Saya melihat Gerakan Menuju 100 Smart City merupakan awal yang baik untuk mewujudkan mimpi bangsa ini menjadi digital nation,” tuturnya pada sambutan pemberian penghargaan Gerakan Menuju Smart City Tahun 2019 di Balai Sudirman Jakarta.
Menkominfo juga berpesan dalam acara tersebut mengenai pekerjaan rumah selanjutnya untuk memperluas cakupan inovasi smart city ke kota dan kabupaten yang belum terpilih pada gerakan ini. Untuk itu diperlukan kolaborasi seluruh pemangku kepentingan baik pemerintah pusat, pemerintah daerah, serta pelaku industri.
Senada dengan Menkominfo, Dirjen Aplikasi Informatika, Semuel Abrijani Pangerapan pun menganggap gerakan ini sebagai ajang menggalang kemampuan anak bangsa untuk berpartisipasi mengatasi masalah di perkotaan.
Setelah melakukan program Gerakan Menuju 100 Smart City, Kemkominfo saat ini memiliki tugas mengembangkan kota pintar pada kawasan wisata prioritas dan pedesaan. “Kami bangun kota pintar pada kawasan wisata prioritas sesuai dengan enam pilar smart city ,” ungkap Direktur LAIP Kemkominfo, Bambang Dwi Anggono, saat acara Talk Show Smart City dan Penghargaan Inovasi Daerah Terbaik.
Laporan : napit