Penulis : dr Yabestin Pakpahan
Kaitan penyakit paru-paru dengan lingkungan kerja.
Tahukah anda bahwa ada kaitan erat antara penyakit paru-paru dengan lingkungan kerja ? Di Amerika, lebih dari dua puluh juta orang menderita Chronic Obstructive Pulmonary Diases atau Penyakit Paru Obstruktif Kronis (PPOK).
Lebih dari sembilan juta jiwa yang mengidap PPOK berusia kurang dari 65 tahun. Artinya, hampir seperempat penderita PPOK masuk dalam usia produktif.
Kendati demikian, banyak pemilik perusahaan yang mengabaikan hal ini padahal lingkungan kerja merupakan faktor utama penyebab penyakit paru Obstruktif Kronis.
Pada dasarnya, tingkat keparahan sangat beragam, tergantung dari jenis paparan, nilai paparan, kondisi tubuh pekerja, lama terkena paparan, dan rokok.
Tingkat keparahan Penyakit Paru Obstruktif Kronis semakin tinggi apabila penderita berada di lingkungan kerja yang kotor.
Hampir sebagian besar pekerja tidak menyadari bahwa paparan debu, asap, atau bahan kimia dapat meningkatkan risiko PPOK. Mirisnya, penderita baru menyadari penyakit PPOK setelah memasuki tingkat serius yang ditandai dengan terjadinya serangan pernapasan.
Penyakit Paru Obstruktif Kronis bukanlah penyakit yang bisa disepelekan begitu saja. Bahkan, World Health Organization (WHO) menyebut bahwa di tahun 2030 PPOK akan menjadi penyebab kematian ketiga di dunia jika pencegahan dan pengendalian tidak dilakukan.
Sekilas Tentang Penyakit Paru Obstruktif Kronis
Penyakit Paru Obstruktif Kronis merupakan penyakit kronik yang menyerang paru-paru. Terhambatnya aliran udara di saluran pernapasan secara progresif menjadi salah satu tanda PPOK.
Secara umum PPOK terdiri dari tiga jenis, yakni penyakit bronkitis kronik, emfisema, dan gabungan keduanya. Bronkitis kronik merupakan kelainan saluran pernapasan yang ditandai dengan batuk kronik berdahak selama tiga bulan dalam setahun dan tidak disebabkan oleh penyakit lainnya.
Emfisema ditandai dengan rusaknya kantung udara pada paru-paru. Umumnya, kerusakan ini terjadi secara bertahap. Mulanya, Penyakit Paru Obstruktif Kronis sulit diprediksi karena hampir tidak menunjukkan gejala. Jikapun ada, gejalanya sangat ringan, menyerupai penyakit biasa.
Gejala Penyakit Paru Obstruktif Kronis akan muncul setelah paru-paru mengalami kerusakan signifikan. Biasanya setelah paru-paru terpapar zat berbahaya selama bertahun-tahun. Oleh karena itu, sangat penting untuk mengenali cirinya sejak awal.
Ciri dan Gejala Penyakit Paru Obstruktif Kronis
Untuk meminimalisasi terserang penyakit Penyakit Paru Obstruktif Kronis, ada sejumlah gejala awal yang patut diwaspadai, yakni batuk berdahak selama lebih dari tiga bulan, sesak napas, napas berbunyi (mengi), mudah lelah, berat badan menurun drastis, dan infeksi pada paru-paru.
Mengingat gejala Penyakit Paru Obstruktif Kronis hampir tak terlihat, penyakit ini dapat muncul secara tiba-tiba dengan gejala yang lebih parah, seperti demam, sakit kepala, dan bengkak pada kaki dan pergelangan tangan.
Faktor Risiko Penyakit Paru Obstruktif Kronis
Sama halnya dengan penyakit lain, terdapat sejumkah faktor risiko yang dapat meningkatkan risiko seseorang terkena Penyakit Paru Obstruktif Kronis, yakni jenis pekerjaan, situasi di lingkungan kerja, dan paparan.
Beberapa jenis pekerjaan yang berisiko tinggi terkena Penyakit Paru Obstruktif Kronis, di antaranya bidang pertanian, kontsruksi, pertambangan, kesehatan, industri pabrik roti, industri tekstil, las, otomotif, dan bidang pekerjaan yang berhubungan dengan kayu.
Sementara situasi pada jenis paparan yang meningkatkan risiko Penyakit Paru Obstruktif Kronis, antara lain debu kadmium, debu organik, debu silika, debu mineral, asap cadmium, debu biji gandum, tepung, asap atau gas pengelasan, debu pembongkaran bangunan, dan debu kayu.
Selain itu, asap tembakau atau rokok, asap kendaraan, dan asap pabrik juga dapat meningkatkan risiko pekerja terserang Penyakit Paru Obstruktif Kronis dan memperburuk kondisi kesehatan penderita PPOK.
Dampak Penyakit Paru Obstruktif Kronis terhadap Perusahaan
Mengingat Penyakit Paru Obstruktif Kronis tergolong serius, penyakit ini memiliki pengaruh terhadap kinerja perusahaan, seperti tingkat absensi yang tinggi, tingkat stres yang tinggi, dan angka kematian pekerja yang tinggi.
Pekerja yang menderita PPOK memiliki potensi dua kali lipat lebih sering melakukan absensi dibandingkan dengan pekerja yang tidak mengidap PPOK. Hampir sebagian besar penderita Penyakit Paru Obstruktif Kronis juga lebih mudah lelah sehingga kinerjanya menurun lima puluh persen.
Beberapa pekerja yang menderita PPOK juga mengalami stres ringan hingga kehilangan motivasi dalam bekerja. Bahkan, beberapa diantaranya sulit fokus dan mengalami cedera selama bekerja. Alhasil, pekerjaan terbengkalai.
Singkatnya, Penyakit Paru Obstruktif Kronis berkontribusi aktif dalam menurunkan tingkat produktivitas kerja. Belum lagi, PPOK yang menyebabkan kematian dini (prematur) juga memicu kerugian pada perusahaan.
Selain berakibat pada turunnya kinerja dan produktivitas perusahaan, perusahaan juga merugi lantaran harus mengeluarkan biaya kompensasi, yakni biaya perawatan dan kematian.
Dapatkah Penyakit Paru Obstruktif Kronis Disembuhkan?
Paru Obstruktif Kronis bersifat progresif dan tidak dapat dipulihkan, irreversible. Pasalnya, saluran pernapasan dan jaringan paru bermasalah atau rusak akibat Paru Obstruktif Kronis tidak dapat kembali ke kondisi normal. Meskipun demikian, PPOK dapat ditangani dan diobati.
Dengan menerapkan gaya hidup sehat, mengurangi obat-obatan, tidak merokok dan mengonsumsi alkhol, serta tidur cukup dapat meminimalisasi risiko kerusakan paru-paru lebih lanjut. Pengobatan PPOK biasanya berfokus pada pencegahan terhadap kemungkinan komplikasi.
Penyakit Paru-paru Lainnya yang Rentan Menyerang Pekerja
Mengingat paru-paru merupakan salah satu organ vital dalam sistem pernapasan. Ketika paru-paru bekerja, proses respirasi, yakni pergantian antara oksigen dari luar tubuh dengan karbondioksida di dalam darah berlangsung. Jika paru-paru bermasalah, maka sistem pernapasan pun akan terganggu.
Sebagaimana yang telah dijelaskan sebelumnya, penyakit paru-paru berkaitan erat dengan lingkungan kerja. Artinya, kondisi paru-paru yang semula sehat bisa bermasalah atau menjadi buruk karena lingkungan kerja.
Umumnya, masalah tersebut disebabkan oleh paparan jangka panjang yang masuk ke dalam paru-paru. Anda patut waspada karena penyakit paru-paru tergolong jenis penyakit yang berlangsung dalam waktu lama.
Selain Penyakit Paru Obstruktif Kronis, terdapat sejumlah penyakit lain yang juga menyerang paru-paru. Meskipun peluang risiko tidak setinggi PPOK, faktanya sejumlah penyakit paru-paru lain juga memiliki pengaruh besar terhadap kemajuan perusahaan.
Pertama, Asbestosis. Penyakit ini dapat terjadi ketika pekerja sering menghirup serat asbes kecil. Lambat laun, serat tersebut dapat menyebabkan jaringan parut dan membuat paru-paru menjadi kaku.
Kedua, Pneumokoniosis. Penyakit yang disebut dengan paru-paru hitam ini disebabkan oleh debu batu bara. Penyakit ini ditandai dengan meradangnya paru-paru dan jaringan parut. Kerusakan pada paru-paru akibat penyakit ini berlangsung lama dan permanen.
Ketiga, Silikosis. Penyakit ini disebabkan oleh silika kristal udara. Debu yang sering ditemukan di pengecoran, udara ranjau, pembuatan batu dan tanah liat serta operasi peledakan ini menyebabkan jaringan parut pada paru-paru.
Keempat, Byssinosis. Penyakit yang dikenal dengan nama Penyakit Paru-Paru Brown ini disebabkan oleh debu dari rami dan proses pengolahan kapas. Debu ini menyebabkan sesak pada dada dan sesak napas.
Kelima, Pneumonitis Hipersensitif. Peradangan paru-paru ini disebabkan oleh berbagai zat, seperti bakteri, spora jamur, protein hewani atau nabati, dan bahan kimia tertentu yang berasal dari kotoran burung atau hewan lain, jerami berjamur, dan debu organik. Pneumonitis Hipersensitif menyebabkanjaringan parut dan kantung udara di paru-paru meradang sehingga penderita akan kesulitan bernapas.
Keenam, asma. Penyakit asma yang terkait pekerjaan biasanya disebabkan oleh debu, asap, gas, dan uap. Umumnya, orang yang bekerja di bidang pengolahan makanan, industri kapas dan tekstil, perawatan hewan, operasi manufaktur dan pengolahan, pertanian, dan operasi penyulingan berisiko lebih tinggi terkena penyakit asma.
Apa yang Menyebabkan Penyakit Paru-paru Terkait Pekerjaan ?
Cukup banyak penyebab penyakit paru-paru terkait pekerjaan. Hampir sebagian besar kasus penyakit paru-paru disebabkan oleh lingkungan kerja yang kotor. Partikel di udara yang dihasilkan oleh cerobong asap, pabrik, knalpot, konstruksi, pertambangan, kebakaran, dan pertanian menyebabkan kerusakan pada paru-paru apabila dihirup dalam jangka lama.
Secara tidak langsung, penjelasan di atas menyebutkan bahwa jenis pekerjaan tertentu bisa membuat Anda berisiko lebih besar terkena penyakit paru-paru. Ingatlah bahwa sebagian besar penyakit paru-paru yang terkait dengan pekerjaan dipicu oleh paparan jangka panjang secara intens.
Adapun sejumlah pekerjaan yang berisiko tinggi terkena penyakit paru-paru, antara lain Peternak, Pramusaji, Bureuh Tekstil, Pemadam Kebakaran, Pekerja Tambang, dan Pekerja Konstruksi.
Peternak rentan terkena penyakit paru-paru karena setiap hari berkecimpung dengan kotoran hewan dan pakan ternak. Pakan ternak alami yang dinilai aman, nyatanya dapat menyebabkan masalah pada paru-paru.
Perlu Anda ketahui bahwa jerami dan padi yang dihirup setiap hari dapat menyebabkan keracunan debu organik. Tidak hanya itu. Hal demikian ini juga dapat menyebabkan asma, batuk-batuk, dan rasa sesak pada dada.
Pramusaji juga rentan terkena penyakit paru-paru karena lingkungan kerja yang dipenuhi asap rokok. Sebagaimana Anda ketahui, perokok pasif memiliki risiko terkena kanker paru-paru dibandingkan perokok pasif.
Jika Anda adalah seorang buruh tekstil, maka perlu waspada. Pasalnya, buruh tekstil rentan terhadap penyakit paru-paru yang disebut Bisinosis. Bisinosis adalah penyakit gangguan pernapasan yang dsebabkan oleh debu dari kapas, sisal, rami, dan bahan-bahan pembuat tekstik lainnya. Penyakit ini ditandai dengan batuk kering dan sesak pada dada.
Menjadi pemadam kebakaran merupakan profesi yang berisiko tinggi. Jika tidak hati-hati, maka bisa mengancam nyawa. Tidak hanya karena api, tetapi juga karena faktor lain, seperti asap, debu, dan berbagai macam benda asing yang jika terhirup dapat menyebabkan masalah pada paru-paru.
Tidak hanya buruh tekstil yang rentan terkena penyakit paru-paru, para pekerja tambang pun sama. Para pekerja tambang berisiko tinggi terkena penyakit asma, bronchitis, dan paru-paru hitam yang diakibatkan paparan dari debu batu bara, pasir, dan material halus lainnya. Jika hal tersebut dibiarkan hingga bertahun-tahun lamanya, maka bisa meningkatkan penyakit fibrosis. Bahkan kematian.
Sama halnya dengan pekerja tambang, para pekerja kontruksi juga rentan terkena penyakit paru-paru. Material bangunan yang kering dan halus, debu, kotoran, dan asap menjadi penyebab utamanya. Beberapa risiko penyakit yang umum diidap pekerja kontruksi, antara lain kanker paru-paru, paru-paru basah, dan asbestosis.
Tidak hanya buruh tekstil, buruh pabrik juga rentan terkena penyakit paru-paru. Gangguan pada paru-paru biasanya disebabkan oleh paparan debu. Intensitas menghirup gas dan zat kimia di tempat kerja dalam waktu lama pun meningkatkan risiko penyakit paru-paru yang ditandai dengan batuk kronis.
Gejala Penyakit Paru-paru yang Terkait dengan Pekerjaan
Sebenarnya, gejala penyakit paru-paru setiap orang dapat bervariasi, tergantung jenis dan tingkat keparahan. Meskipun demikian, terdapat gejala umum penyakit paru-paru yang wajib Anda waspadai, seperti batuk, sesak napas, nyeri dada, dan pola pernapasan tidak normal.
Kondisi tersebut dapat diperparah dengan gaya hidup yang tidak sehat, terlalu banyak mengonsumsi alkohol atau obat-obatan, merokok, dan lingkungan kotor.
Diagnosis Penyakit Paru-paru terkait pekerjaan.
Penyakit paru-paru seringkali membutuhkan rontgen dada dan sejumlah tes lain untuk diagnosis. Hal ini dilakukan untuk mengecek jenis penyakit paru-paru dan tingkat keparahannya.
Selain rontgen dada, petugas medis biasanya melakukan tes fungsi paru-paru, tes untuk mengambil gambar pada tulang, jaringan internal, dan organ terkait lainnya, Bronkoskopi, Biopsi, Gas Darah, Bilas Bronchoalveolar, dan CT Scan.
Bronkoskopi dilakukan dengan bantuan tabung fleksibel yang disebut bronkoskop. Dengan alat ini, petugas medis akan mendiagnosis gangguan pada paru-paru, mulai dari mengeluarkan benda asing, mencari adanya penyumbatan, hingga mengambil sampel jaringan atau cairan.
Bronkoskopi dapat mencakup lavage bronchoalveolar atau biopsi. Biopsi merupakan tes yang dilakukan untuk mengeluarkan beberapa sel, sepotong jaringan, atau cairan pada paru-paru, dan mengangkat peradangan.
Sementara gas darah dilakukan untuk mengukur jumlah oksigen dan karbon dioksida di dalam darah. Tes ini juga dapat digunakan untuk mencari kemungkinan adanya infeksi atau masalah lainnya.
CT Scan merupakan tes kesehatan yang dilakukan dengan bantuan sinar-X dan komputer untuk menunjukkan detail otot, lemak, tulang, dan organ dalam lainnya. Dibandingkan dengan regula, CT Scan lebih detail.
Dampak Penyakit Paru-paru Terhadap Pekerjaan dan Perusahaan
Disadari atau tidak, penyakit paru-paru tidak hanya menyebabkan kondisi pekerja menurun, tetapi juga memengaruhi keadaan perusahaan. Beberapa dampak penyakit paru-paru terhadap pekerjaan dan perusahaan, meliputi penurunan kinerja hingga kerugian material.
Karyawan yang mengalami masalah paru-paru rentan sakit dan sering izin. Jika hal ini terus terjadi, maka berpengaruh terhadap kinerja karyawan. Pekerjaan yang tertunda dan menumpuk, perusahaan akan mengalami guncangan, seperti ketidakstabilan dan juga kerugian.
Pekerjaan yang tertunda juga mengakibatkan penurunan kualitas perusahaan dari segi SDM ataupun SDA. Secara tidak langsung, hal ini berdampak pada keuntungan yang didapatkan perusahaan.
Untuk meminimalisasi hal tersebut, perusahaan harus melakukan antisipasi. Sangat penting untuk mengelola perusahaan dengan manajemen yang tepat dan sistematis. Dengan begitu, apabila terdapat masalah kesehatan yang dialami pekerja, perusahaan telah memiliki solusi terbaik.
Masalah penyakit paru-paru yang dialami oleh seorang karyawan tidak hanya berpengaruh pada pekerja itu sendiri. Jika karyawan memaksakan diri bekerja, maka risiko kecelakaan di lapangan semakain meningkat.
Apabila hal tersebut terjadi, perusahaan akan dianggap tidak profesional dan membiarkan orang yang sedang sakit untuk bekerja. Hal ini juga bisa menyebabkan citra perusahaan menurun sehingga menyebabkan perusahaan merugi.
Kendati tidak semua perusahaan mengakuinya, sebagian besar karyawan yang mengalami masalah paru-paru memilih untuk menyembunyikan penyakitnya untuk menghindari pemutusan kerja secara sepihak oleh perusahaan.
Sementara sebagian kecil lainnya memilih untuk tidak memperpanjang kontrak kerja. Hal ini jauh lebih aman bagi perusahaan. Sementara perusahaan yang kecolongan dan tetap mempekerjakan karyawan yang mengalami gangguan kesehatan berisiko besar terkena masalah di kemudian hari.
Dampak buruk lainnya bagi perusahaan akibat penyakit paru-paru terkait lapangan kerja adalah kerugian waktu dan material. Jika pekerja yang terkena penyakit paru-paru merupakan salah satu karyawan berprestasi, maka perusahaan akan kehilangan pegawai terbaik.
Mengingat mendapatkan pegawai terbaik yang berkompeten sangat sulit dan menghabiskan banyak biaya serta waktu, maka perusahaan harus memiliki kebijakan terkait hal tersebut sehingga ketika terjadi perusahaan tidak akan merugi.
Solusi untuk meminimalisasi penyakit Paru-paru bagi karyawan
Sebagaimana Anda ketahui, Penyakit Paru Obstruktif Kronis dan penyakit paru lainnya termasuk penyakit yang dapat mengakibatkan komplikasi kesehatan lainnya, seperti jantung, infeksi pernapasan, dan depresi.
Penyakit Paru Obstruktif Kronis sangat berbahaya karena menyerang saluran pernapasan dan bersifat progresif. Oleh karena itu, sangat penting untuk mencari solusi terbaik untuk meminimalisasi penyakit tersebut. Lakukan tindakan preventif sedini mungkin.
Jika Anda menyayangi diri sendiri, maka jadilah orang yang aktif. Saat bekerja, anda akan fokus untuk menyelesaikan pekerjaan tanpa menyadari kondisi tubuh. Istirahat sejenak dan sempatkan untuk melakukan olahraga ringan.
Tak perlu khawatir karena olahraga ringan, seperti berjalan kaki atau naik turun tangga dapat anda lakukan di lingkungan kerja. Semakin Anda aktif, semakin baik bagi kesehatan tubuh. Terutama bagi Anda yang duduk sepanjang hari.
Dengan olahraga yang teratur, kinerja jantung lebih lancar dan suplai oksigen ke pun menjadi tercukupi. Hal ini sangat efektif menghindarkan Anda dari penyakit paru-paru.
Hal yang juga wajib dilakukan jika ingin terhindar dari penyakit paru-paru adalah dengan menghindari makanan tidak sehat. Konsumsi makanan dan minuman sehat yang mengandung gizi tinggi.
Sesuaikan asupan makanan dengan baik. Hindari minuman bersoda karena dapat meningkatkan risiko penyakit paru-paru dan gangguan kesehatan lain, seperti obesitas.
Jika Anda gemar meminum minuman alkohol, maka segera hentikan. Minuman alkohol merupakan salah satu penyebab terjadinya penyumbatan pada paru-paru, sesak, dan pernapasan tidak lancar.
Oleh karena itu, ganti kebiasaan meminum alkohol dengan air mineral, jus buah, dan susu murni agar gumpalan asap rokok yang menyumbat paru-paru menjadi bersih.
Bagi Anda yang mau hidup sehat, maka tidak ada salahnya untuk berhenti merokok. Asap rokok memiliki zat berbahaya yang jika menggumpal di dalam paru-paru dan merusak paru-paru. Jika hal ini tidak segera diatasi maka bisa menyebabkan kanker paru-paru dan penyakit paru-paru obstruktif kronis.
Tidak hanya perokok aktif yang bakal menerima imbas buruk dari asap rokok, tetapi juga orang lain yang tidak merokok alias perokok pasif. Meskipun Anda tidak merokok, Anda tetap memiliki risiko terkena penyakit paru-paru karena terlalu sering menghirup asap rokok dan debu.
Untuk menghindari kemungkinan terkena penyakit paru-paru, maka Anda bisa mengenakan masker. Hindari tempat-tempat berdebu dan berpolusi tinggi. Jika ada orang merokok di sekitar Anda, maka hindari dan cari tempat lain.
Pastikan juga untuk mengonsumsi makanan yang sehat, dalam artian bahan yang diolah haruslah baik, tempat memasak dan wadah makanan bersih. Makanan yang diolah secara baik dan tepat lebih aman dari ancaman bakteri dan virus penyakit.
Lingkungan merupakan salah satu faktor yang sangat besar terhadap kondisi tubuh manusia. Jika lingkungan sekitar tidak bersih dan berpolusi, maka bisa memperbesar risiko penyakit paru-paru. Sudah sewajarnya untuk menjaga lingkungan tetap bersih dan asri.
Jika Anda berada di lingkungan yang berpolusi, maka kenakan masker. Tanamlah beberapa tanaman hijau di sekitar tempat tinggal untuk meredam tingkat polusi di udara. Tanaman hijau dapat membantu untuk menyerap zat karbon atau racun dan penyuplai oksigen baik.
Hal yang juga perlu Anda lakukan agar bisa menekan risiko terkena penyakit paru-paru adalah melakukan check up rutin. Anda bisa melakukan pencegahan dengan cara ini. Dengan cara ini, Anda akan mengetahui keadaan tubuh dan mencegah risiko penyakit paru-paru.
Sementara bagi penderita, check up dapat membantu Anda melakukan tindakan yang lebih terarah dalam menyikapi penyakit paru-paru.
Jika Anda bekerja di lingkungan yang kotor, pola makan sehat dan rutin mengonsumsi air putih dapat menjaga tubuh dari penumpukan lendir pada saluran penapasan. Selalu pastikan untuk mencuci tangan, kaki, dan wajah sebelum makan, minum, dan bekerja.
Apabila memungkinkan, mandi dan ganti pakaian setelah Anda bekerja. Meskipun menggunakan pakaian pelindung atau khusus, risiko tubuh terkenan paparan cukup tinggi. Oleh karena itu, sangat penting memastikan tubuh dan pakaian.
Anda bersih sebelum meninggalkan tempat kerja untuk mencegah kontaminasi di lingkungan rumah, kendaraan, atau tempat lain.
Solusi untuk meminimalisasi Penyakit Paru-paru Bagi Perusahaan
Mengingat karyawan sakit berdampak buruk pada perusahaan, untuk meminimalisasi risiko kerugian, perusahaan harus melakukan sejumlah pencegah. Hal pertama yang dapat dilakukan adalah memberikan edukasi pada karyawan.
Karyawan, terutama yang bekerja di bidang manufaktur, otomatif, pertanian, peternakan, kesehatan, pertambangan, dan pabrik harus memahami bahaya yang disebabkan oleh paparan debu, material tambang, asap, dan bahan kimia lain.
Selain mengedukasi bahaya tersebut, perusahaan juga harus memberikan penyuluhan mengenai pencegahan yang dapat dilakukan secara mandiri untuk menghindari risiko tersebut, seperti menerapkan gaya hidup sehat, menggunakan masker ketika bekerja dan bepergian serta memastikan lingkungan sekitar tetap bersih.
Jika karyawan sebisa mungkin menghindari paparan, maka perusahaan pun harus berusaha mengurangi paparan asap, debu, atau bahan kimia menerapkan metode basah. Dengan metode ini, ketika karyawan bekerja, mereka dapat meminimalisasi tubuh dari paparan debu.
Selain itu, terapkan aturan bagi karyawan untuk menjaga jarak Anda dengan mesin atau peralatan. Kurangi kecepatan mesin ketika memproses material halus untuk mengurangi paparan yang membahayakan kesehatan paru-paru.
Pastikan pula perusahaan untuk menyediakan fasilitas kebersihan. Selalu jaga kebersihan mesin, pakaian, dan peralatan kerja lainnya untuk meminimalisasi paparan debu dan material berbahaya. Sangat penting untuk menyediakan pelindung tangan, tubuh, dan pelindung pernapasan.
Dengan cara tersebut, karyawan dapat tetap bekerja tanpa khawatir mengenai risiko penyakit paru-paru akibat paparan benda berbahaya atau udara yang telah terkontaminasi. Pastikan pula karyawan menggunakan alat pelindung pernapasan dan APD sesuai standar yang ditetapkan.
Hal lain yang tak kalah penting adalah melakukan penyuluhan mengenai kesehatan. Untuk mencegah kerugian jangka panjang, lakukan tes kesehatan massal secara berkala, minimal tiga bulan sekali.
Kendati cukup memakan banyak biaya, tes kesehatan dapat mendeteksi gangguan kesehatan pada karyawan sejak dini. Dengan begitu, ketika terdapat karyawan yang bermasalah, perusahaan dapat mengambil tindakan dan keputusan sesuai regulasi.
Adanya tes kesehatan pun mencegah perusahaan kecolongan dan mepekerjakan karyawan sakit yang bisa berakibat fatal bagi pekerja itu sendiri dari citra perusahaan. Tes kesehatan pun akan membantu perusahaan untuk menyaring calon karyawan baru. Dengan rekam medis.
Satu lagi cara meminimalisasi penyakit paru-paru di lingkungan kerja, yakni dengan menerapkan larangan dilarang merokok di lingkungan pekerjaan untuk menekan risiko penyakit paru-paru secara lebih luas.
Demikianlah informasi mengenai kaitan antara penyakit paru-paru dengan lingkungan pekerjaan. Untuk menghindari penyakit paru-paru diperlukan niat kuat untuk menerapkan gaya hidup sehat. Pola sehat dapat dimulai dengan mengonsumsi makanan dan minuman sehat serta olahraga rutin. (**)