SAMOSIR (mimbarsumut.com) –
Pemerintah Kabupaten Samosir kembali menggelar Even Horja Bius dengan ritual sakral “Mangalahat Horbo”, yang menjadi bagian dari rangkaian Horas Samosir Fiesta (HSF) 2025. Acara yang digelar di Onan Sipulo, Kecamatan Palipi ini menampilkan perpaduan budaya Batak yang sarat makna, sekaligus menjadi simbol pelestarian adat yang telah diwariskan turun-temurun.
Ritual Mangalahat Horbo menjadi daya tarik utama. Prosesnya dimulai dengan aksi makkarihiri, yaitu mengikat moncong kerbau menggunakan rotan dan ijuk hingga ke kepala, dipimpin oleh pakkarihiri—pawang yang bertugas menjinakkan kerbau.
Dengan mengenakan ulos Batak, pakkarihiri dan para pendampingnya menuntun kerbau menuju borotan, batang kayu yang dihiasi ornamen adat. Prosesi berlangsung diiringi alunan Gondang dan Sarune, di mana para hadirin ikut manortor mengikuti irama musik tradisional. Kerbau yang telah ditambatkan kemudian dijadikan persembahan dalam upacara adat sebagai simbol syukur dan penghormatan kepada leluhur.
Kegiatan ini digagas oleh Lembaga Adat dan Budaya (LAB) Kabupaten Samosir yang menaungi 61 Bius di sembilan kecamatan.
Turut hadir mendampingi Bupati Samosir Vandiko T. Gultom, antara lain Wakil Bupati Ariston Tua Sidauruk, Anggota DPRD Noni S. Situmorang, Pabung, Kapolsek Palipi, Ketua TP PKK, Ketua DWP, para Asisten, Kepala OPD, dan Camat se-Kabupaten Samosir.
Bupati Vandiko : “Budaya Adalah Pelindung dari Arus Zaman”
Dalam sambutannya, Bupati Vandiko T. Gultom menegaskan bahwa Horja Bius akan dijadikan even tahunan sebagai langkah konkret menjaga keaslian budaya Batak sekaligus menarik minat wisatawan.
“Kita harus menjaga budaya yang sudah turun-temurun agar tetap lestari. Banggalah menjadi orang Batak yang memiliki adat dan budaya unik. Ini warisan nenek moyang yang harus kita rawat agar dapat dinikmati anak cucu kita,” ujar Vandiko.
Ia menambahkan, pelestarian budaya seperti Horja Bius, Opera Batak, dan Gondang Naposo merupakan “pelindung” dari dampak negatif modernisasi.
“Budaya ini adalah identitas. Inilah yang menjadikan Samosir sebagai titik awal peradaban Batak,” tegasnya.
Wakil Bupati : “Evaluasi dan Peningkatan Setiap Tahun”
Wakil Bupati Ariston Tua Sidauruk berharap pelaksanaan Horja Bius dapat terus dievaluasi agar semakin berkualitas di tahun-tahun berikutnya.
“Kita akan kaji setiap usulan masyarakat, agar kegiatan ini semakin baik dan bermanfaat,” ucapnya.
Tokoh Adat dan Masyarakat Apresiasi Pemkab Samosir
Tokoh masyarakat Palipi dan mantan Wabup Juang Sinaga memberikan apresiasi atas komitmen Pemkab dalam menjaga tradisi leluhur.
“Kami masyarakat dan seluruh bius menyambut baik even ini. Kami bersukacita, karena ini bukan hanya pesta budaya, tetapi bentuk penghormatan kepada identitas Batak,” ujar Juang.
Ia berharap Horja Bius dapat memacu geliat pariwisata di wilayah Palipi dan sekitarnya agar tumbuh sebagai daerah wisata berkelanjutan.
Sementara itu, Ketua LAB Samosir Pantas M. Sinaga menegaskan bahwa Horja Bius bukan sekadar seremoni.
“Kegiatan ini bukan rutinitas, tapi upaya menjaga nilai-nilai adat Batak. Kami berharap dukungan penuh pemerintah agar tradisi ini tetap hidup dari generasi ke generasi,” ungkapnya.
DPRD Samosir Dukung Onan Sipulo Jadi Rest Area Wisata
Mewakili Forkopimda, Anggota DPRD Samosir Noni S. Situmorang menyampaikan dukungan agar Onan Sipulo dijadikan rest area wisata Kabupaten Samosir.
“Kami dari DPRD siap mendukung agar pariwisata di Palipi, Sitiotio, Nainggolan, dan Onanrunggu terus berkembang. Acara seperti ini penting untuk menjaga generasi muda agar tidak terlindas arus zaman,” katanya.
Festival Gondang Naposo Jadi Penutup
Even Horja Bius Mangalahat Horbo akan berlangsung selama dua hari.
Pada hari kedua, Sabtu (4/10/2025), acara dilanjutkan dengan Festival Gondang Naposo, yang diikuti oleh kelompok pemuda dari seluruh kecamatan di Kabupaten Samosir.
Laporan : sofian candra lase