Pancasila di Atas Kertas Bukan di Lapangan intoleransi Terus Menggila

SAMOSIR (mimbarsumut.com) – Tindakan kekerasan terhadap rumah ibadah kembali terjadi. Kali ini, sebuah rumah doa milik Jemaat Gereja Kristen Setia Indonesia (GKSI) di Padang menjadi sasaran perusakan oleh sekelompok massa.

Insiden ini mengakibatkan kerusakan fasilitas, pemutusan listrik, kaca-kaca pecah, serta dua anak kecil mengalami luka dan trauma berat akibat kekacauan yang terjadi.

Peristiwa ini mengingatkan kembali pada kejadian serupa di Sukabumi, Jawa Barat, saat massa menyerbu vila tempat retret siswa Katolik. Gelombang intoleransi yang terus berulang ini seolah mempertegas bahwa negara belum sungguh-sungguh hadir melindungi hak-hak dasar warga negara—khususnya umat minoritas.

Anggota Komisi XIII DPR RI, Drs. Rapidin Simbolon, MM, menyatakan keprihatinannya secara tegas atas terus berulangnya kasus intoleransi yang merusak sendi-sendi kebangsaan.

“Realita di lapangan sangat bertolak belakang dengan semangat Pancasila. Kebebasan beribadah dijamin konstitusi, tapi yang terjadi justru teror, perusakan, dan pembiaran.

Pancasila hanya menjadi dokumen indah yang tidak hidup dalam tindakan,” ujarnya.
Rapidin menyoroti lemahnya penegakan hukum yang membuat pelaku-pelaku intoleransi merasa aman dan tak tersentuh hukum.

“Negara terlalu sering menyebutnya ‘kesalahpahaman’. Padahal itu bentuk pembiaran sistemik. Jika hukum tidak mampu melindungi rumah ibadah dari amukan massa, lalu apa fungsi negara ini bagi warganya ?.

Ia mengingatkan bahwa Indonesia bukan negara yang berpihak pada satu agama, melainkan negara hukum yang menjamin kebebasan beragama untuk semua warga tanpa kecuali.

“Pancasila, UUD 1945, dan Bhinneka Tunggal Ika bukan hanya hiasan pidato atau spanduk Hari Kemerdekaan. Ia harus hidup, hadir, dan dirasakan oleh semua, termasuk umat minoritas yang sering menjadi korban,” tegasnya.

Dalam penutupnya, Rapidin menyampaikan kekecewaannya terhadap lemahnya respon pemerintah dari masa ke masa, dari era SBY, Jokowi, hingga Prabowo.

“Jika pemerintah terus gagal bersikap tegas, jangan salahkan bila rakyat kehilangan harapan pada hukum dan keadilan. Saya sudah tidak berharap banyak pada negara, biarlah hukum alam yang kelak memberi keadilannya,” pungkasnya.

Laporan : sofian candra lase

Print Friendly, PDF & Email

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

News Feed