Puskesmas Pangaribuan Tembus Enam Besar Sumut : dr. Donda Marion Purba Apresiasi Kinerja Nyata Perempuan Desa

TAPUT (mimbarsumut.com) – Puskesmas Pangaribuan berhasil menorehkan prestasi, masuk dalam enam besar nominasi tingkat Provinsi Sumatera Utara untuk pelaksanaan program IVA Test (Inspeksi Visual Asam Asetat), sebuah program nasional deteksi dini kanker serviks bagi perempuan.

Prestasi ini menjadi bukti bahwa desa pun mampu berbicara dalam kerja nyata kesehatan publik, bukan hanya menjadi penerima kebijakan, tetapi juga penggerak kesadaran baru di tengah masyarakat yang selama ini cenderung diam soal kesehatan reproduksi perempuan.

Selasa, 14 Oktober 2025, lapangan Puskesmas Pangaribuan tampak lebih ramai dari biasanya. Sejak pagi, puluhan ibu-ibu PKK dari berbagai desa di Kecamatan Pangaribuan datang mengenakan seragam khas mereka, batik biru dan selendang kebanggaan. Spanduk bertuliskan “Evaluasi IVA Test Tingkat Provinsi Sumatera Utara” terbentang di panggung sederhana yang berdiri di sisi lapangan.

Diantara keramaian itu hadir tim evaluator dari TP PKK Provinsi Sumatera Utara, dipimpin oleh dr. Donda Marion Purba, yang langsung disambut oleh Plt Camat Pangaribuan, Marhasak Simare-mare, bersama jajaran PKK Kecamatan, Kepala Puskesmas, tenaga medis, serta seluruh kepala desa di wilayah itu.

Dalam sambutannya, dr. Donda Marion Purba menyampaikan rasa kagumnya atas semangat yang ditunjukkan masyarakat Pangaribuan dalam membangun kesadaran akan pentingnya kesehatan perempuan.

“Kami melihat Pangaribuan bukan sekadar menjalankan program, tetapi benar-benar menghidupkan semangat gerakan perempuan sadar kesehatan. Kinerja Puskesmas dan PKK di sini nyata, berdampak, dan menyentuh masyarakat,” ujarnya di hadapan ratusan peserta.

Lebih jauh, dr. Donda menegaskan bahwa capaian Pangaribuan tidak hanya layak diapresiasi, tetapi juga patut dijadikan contoh bagi kabupaten lain di Sumatera Utara. Ia berharap prestasi ini berlanjut hingga tingkat nasional.

“Dengan dedikasi seperti ini, saya percaya Pangaribuan punya peluang besar untuk menjadi juara. Yang penting bukan lombanya, tapi semangatnya — semangat melayani dan memberdayakan perempuan,” tambahnya disambut tepuk tangan hadirin.

Sementara, Plt Camat Pangaribuan, Marhasak Simare-mare, dalam sambutannya menegaskan bahwa keberhasilan ini merupakan hasil kerja bersama lintas sektor.

“Pencapaian ini bukan tentang siapa yang terbaik, tapi tentang perubahan pola pikir. Bahwa menjaga kesehatan adalah tanggung jawab bersama — dimulai dari rumah dan keluarga,” katanya dengan nada tegas namun penuh kebanggaan.

Ia menambahkan, selama ini pemerintah kecamatan terus mendorong sinergi antara PKK, tenaga medis, dan perangkat desa agar setiap kegiatan kesehatan menjadi gerakan masyarakat, bukan sekadar program instansi.

“Kita ingin Pangaribuan dikenal bukan hanya karena tanahnya yang subur, tapi juga karena warganya yang sadar akan pentingnya hidup sehat,” ujarnya.

Dalam kesempatan itu, Kepala Puskesmas Pangaribuan tak mampu menyembunyikan rasa haru. Ia menegaskan bahwa penghargaan ini adalah hasil kerja keras semua pihak, dari tenaga medis yang siaga di lapangan hingga ibu-ibu PKK yang sabar mengetuk kesadaran warganya dari pintu ke pintu.

“Ini hasil kerja bersama. Kami ingin setiap ibu di Pangaribuan sehat dan berdaya. Kesehatan bukan milik kota saja — desa juga bisa menjadi pelopor,” ungkapnya.

Menurutnya, peningkatan jumlah perempuan yang melakukan pemeriksaan IVA Test dalam dua tahun terakhir menunjukkan keberhasilan edukasi yang dilakukan secara berkesinambungan.

“Dulu banyak yang takut, malu, bahkan tidak tahu apa itu IVA Test. Sekarang justru mereka sendiri yang datang bertanya kapan jadwal pemeriksaan berikutnya. Ini tanda bahwa masyarakat sudah mulai sadar,” tambahnya.

Kegiatan evaluasi tidak hanya berisi penilaian teknis, tetapi juga menjadi ajang unjuk kerja nyata perempuan desa. Berbagai inovasi ditampilkan, dari olahan pangan lokal berbahan dasar singkong dan jahe merah, hingga kerajinan tangan yang memanfaatkan limbah rumah tangga.

Pameran sederhana itu menjadi bukti bahwa gerakan kesehatan perempuan tidak berdiri sendiri, melainkan terintegrasi dengan ekonomi keluarga, lingkungan hidup, dan kemandirian desa.

“Kami ingin menunjukkan bahwa perempuan desa bukan hanya penerima program, tapi juga pelaku perubahan. Kami berdaya karena sehat, dan kami sehat karena saling menguatkan,” tutur salah satu kader PKK Desa Silantom Julu.

Tim evaluator mencatat bahwa keberhasilan Pangaribuan muncul karena adanya sinergi kuat lintas sektor: pemerintah kecamatan, Puskesmas, PKK, dan para kader kesehatan desa. Tidak ada pihak yang bekerja sendiri, semua terlibat dalam satu tujuan, mewujudkan desa sehat dan mandiri.

Yang menarik, semua itu dilakukan tanpa banyak sorotan media, tanpa liputan seremonial besar-besaran. Mereka bekerja dalam senyap, dengan dedikasi tinggi dan komitmen sosial yang tulus.

“Kami bekerja bukan untuk dilihat, tapi untuk masyarakat. Kalau perempuan sehat, keluarga kuat. Kalau keluarga kuat, desa akan maju,” ujar salah satu bidan desa yang sudah bertugas lebih dari 15 tahun di Pangaribuan.

Masuknya Puskesmas Pangaribuan dalam enam besar provinsi bukan sekadar prestasi administratif. Ia adalah simbol kebangkitan perempuan desa yang mampu menembus batas — bahwa perubahan besar bisa lahir dari tempat yang sederhana, dari tangan-tangan yang bekerja dalam diam.

Laporan : sofian candra lase

Print Friendly, PDF & Email

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

News Feed