TAPUT (mimbarsumut.com) – Sebanyak 60 rumah terendam banjir di Jalan Lintas antar Desa Sitolubahal dan Desa Robean, Kecamatan Purba Tua, Tapanuli Utara (Taput), Sumatera Utara (Sumut). Banjir tersebut juga menyebabkan 4 orang terluka.
Kasubbid Penmas Polda Sumut AKBP Siti Rohani mengatakan, banjir di Taput terjadi akibat intensitas curah hujan yang tinggi, sehingga mengakibatkan air sungai meluap. Banjir itu merendam puluhan rumah warga.
“Air Sungai Aek Mahassan meluap dan menggenangi sekitar 60 rumah warga yang berada di Desa Sitolubahal,” kata Siti, Selasa (25/11/2025).
Empat warga terluka akibat bencana banjir yang terjadi. Adapun identitas para korban luka yakni seorang ibu rumah tangga Dahlbanjar Nahor (27) mengalami luka di tangan dan kepala, pelajar bernama Iben Parapat (15) luka bagian tangan dan punggung, Liora Parapat (5) dan Lenora Parapat (5) mengalami luka pada bagian kepala dan punggung.
Korban luka akibat banjir ini untuk sementara dievakuasi ke rumah warga lainnya.
“Untuk sementara korban masih dievakuasi di salah satu rumah warga menunggu evakuasi ke Puskesmas Janjiangkola untuk menerima penanganan medis lebih lanjut,” ucapnya.
Selain banjir, di Taput juga terjadi longsor. Ada dua titik longsor yang mengakibatkan pohon tumbang dan jalan di Desa Robean tertutup.
“Untuk tanah longsor yang yang terjadi di Desa Robean ada 2 titik dan pohon tumbang 2 titik mengakibatkan akses jalan tertutup dan salah satu titik yang mengakibatkan 2 unit rumah warga tertimpa dan satu keluarga mengalami luka,” ujarnya .
Sampai saat ini hujan masih mengguyur lokasi banjir. Ketinggian air hampir mencapai 1 meter.
“Hujan masih tetap turun deras. Ketinggian air mencapai 70 Cm,” ungkapnya.
Ia mengimbau, kepada masyarakat agar waspada bencana susulan. Khusus untuk masyarakat yang berada di dekat aliran sungai atau dekat dengan tebing diimbau untuk sementara mengungsi guna menghindari hal yang tidak diinginkan.
“Anggota memberikan imbauan kepada masyarakat agar selalu waspada dan bagi masyarakat yang tinggal di dekat aliran sungai dan tebing untuk mengungsi, untuk mengantisipasi terjadinya luapan air yang lebih tinggi dan tanah longsor susulan,” pungkasnya. (dtc)






